Rabu, 03 Desember 2008

budidaya pakan alami

LAPORAN MAGANG INDUSTRI

BUDIDAYA PAKAN ALAMI

Chaetoceros (CARBOY, INTERMEDIET, DAN MASSAL)

Dan Artemia (Dekapsulasi)




Disusun Oleh:

MAHENDRA

D3050486

BUDIDAYA PERAIRAN

BIDANG PEMINATAN BUDIDAYA PERAIRAN

PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK

DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

JOINT PROGRAM UNSOED

VEDCA CIANJUR

2008

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas segala kelimpahan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan segala tugas dan tanggung jawab kami dalam melaksanakan kegiatan magang di industri untuk memenuhi syarat akademik tahun kedua pada program Diploma III Guru Kejuruan Agribisnis pertanian, Pengelolaan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan dimana merupakan program bersama antara Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Pertanian Cianjur Jawa Barat, Joint program dengan Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto Jawa Tengah.

Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang turut berpartisipasi dalam menyelesaikan laporan ini. Terutama kami tujukan kepada yang terhormat:

1. Drs. Dedy H. Karwan, MM. Selaku kepala PPPPTK Pertanian Cianjur.

2. Ir. Slamet Subjakto, M.Si. Selaku kepala Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo.

3. Ir. Anton Sugiri M.P. Selaku kepala instalasi Pendidikan Diploma III PPPPTK Pertanian Cianjur

4. Khoironi, S.Pi, M.Si. Selaku penanggung jawab bidang peminatan Budidaya Perairan (BDP).

5. Ir. Moh. Affandi Selaku pembimbing lapangan atau pembimbing I dari Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo

6. Intan Rahima Sary, S.St.Pi. Selaku pembimbing II dari D III GK VEDCA Cianjur.

7. Seluruh karyawan-karyawati BBAP Situbondo

8. Rekan-rekan yang melaksanakan magang di BBAP Situbondo.

Dan tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan kegiatan magang di Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo.

Kami menyadari dengan sepenuh hati, bahwa laporan yang kami susun masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, besar harapan kami sangat dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca guna kesempurnaan dalam pembuatan laporan seperti ini dimasa mendatang.

Situbondo, 5 Juli 2007

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Tujuan ............................................................................................... 1

C. Sasaran .............................................................................................. 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Chaetoceros.sp ..................................................................... 3

1. Pelaksanaan Kultur Chaetocero sp .............................................. 3

B. Biologi Artemia.sp ............................................................................ 5

1. Pelaksanaan Kultur Artemia sp .................................................... 6

BAB III. HASIL MAGANG

A. Pelaksanaan Magang ......................................................................... 7

1. Waktu dan Tempat ....................................................................... 7

2. Pengumpulan Data ....................................................................... 7

3. Kegiatan Magang ......................................................................... 7

B. Pembahasan ....................................................................................... 8

1. Strategi Pelaksanaan Kultur Chaetoceros sp ............................... 8

2. Strategi Pelaksanaan Kultur Artemia sp .................................... 11

BAB IV. PENUTUP

B. Kesimpulan ........................................................................................ 14

C. Saran ................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 15

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pupuk diatom .............................................................................. 9

Gambar 2. Pompa celup ................................................................................ 11

Gambar 3. Proses dekapsulasi ....................................................................... 12

Gambar 4. Penetasan Artemia ....................................................................... 13

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. komposisi pupuk PA dan TG


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pakan alami merupakan kunci utama dalam pembenihan, baik ikan maupun udang. Pakan alami merupakan pakan terbaik, terutama untuk stadia larva, karena beberapa alasan antara lain:1)memiliki kandungan gizi yang lengkap; 2)mudah untuk dicerna oleh larva yang belum memiliki alat pencernaan yang sempurna.

Pakan alami digolongkan menjadi dua golongan, yaitu plankton hewani (zooplankton) dan plankton nabati (phytoplankton). Dari kedua jenis pakan alami tersebut sangat memegang peranan penting sebagai dasar pemenuhan gizi pada saat awal-awal kehidupan larva (udang, ikan, kekerangan dll).

Namun diantara kedua jenis plankton tersebut, phytoplankton merupakan sumber produsen pertama pada jaringan rantai makanan. Dari sinilah awal mula sumber energi utama yang terus digali dan dikembangkan dari berbagai macam jenis/species.

Pakan alami yang diberikan selama masa pemeliharaan larva udang vaname terdiri dari 2 jenis yaitu phytoplankton dan zooplankton (Artemia). Jenis phytoplanton yang digunakan adalah Chaetoceros sp.

B. Tujuan

Adapun tujuan dilaksanakannya kegiatan magang indutri “Budidaya Pakan Alami” di Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa dapat mengetahui cara mengkultur pakan alami yang akan diberikan untuk pakan larva udang.

2. Mahasiswa dapat mengetahui jenis plankton untuk larva udang vaname

3. Mahasiswa dapat mengetahui jenis pupuk untuk skala kultur murni dan massal.

4. Mahasiswa dapat mengetahui car menetaskan Artemia

C. Sasaran

Adapun sasaran yang ingin dicapai setelah mengikuti kegiatan magang industri “Budidaya Pakan Alami” di Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo adalah agar mahasiswa /i mampu menerapakan ilmu yang diperoleh untuk dijadikan bekal kemasyarakatan dalam menyongsong dunia kerja.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Chaetoceros.sp

Chaetoceros.sp merupakan salah satu diatome yang diklasifikasikan sebagai berikut:

Phylum = Bacillariophyta

Kelas = Bacillariophyceae

Ordo = Bacillareiles

Sub ordo = Biddulphineae

Famili = Chaetoceraceae

Genus = Chaetoceros

Species = Chaetoceros sp (Bougis, 1979).

Chaetoceros ada yang berbentuk bulat diameter 4-6 mikron dan berbentuk segi empat dengan ukuran 8-12 x 7-18 mikron. Dinding sel dibentuk dari silika. Reproduksi Chaetoceros dapat secara aseksual dan seksual. Silikat mempunyai peranan penting dalam proses reproduksi plankton sebagai bahan pembentuk cangkang baru. Kandungan gizi protein 35 % lemak 6,9 %, karbohidrat 6,6 %, dan kadar abu 28 % (Inansetyo dan Kurniastuty, 1995).

Chaetoceros toleran terhadap suhu air yang tinggi. Pada suhu air 40 0C masih dapat hidup tetapi tidak bisa berkembang. Chaetoceros tumbuh hidup optimal pada kisaran suhu 25-30 0C

1. Pelaksanaan Kultur Chaetocero sp (Ditjenkan 2005).

a. Kultur Murni (carboy/toples)

Adapun cara kultur murni (carboy) dilakukan dengan cara:

· Media bersalinitas 31-32 ppt

· Pupuk mix grade PA

· Sterilisasi chlorinasi 10 ppm, dan thiosulfat ≤ 5 ppm

· Pertahankan pada suhu 25 0C, pada lampu TL 40 watt 2 buah

· Pemberian stater 1:7

· Suplay co2 aerasi

· Inkubasi 5-7 hari

b. Kultur Semi Massal (intermediet)

Kultur skala semi massal dimulai dari volume 100/150 liter hingga 500 liter dan 1000 liter yang diletakkan di luar laboratorium (outdoor) (Ditjenkan 2005).

· Persiapan media: wadah yang digunakan untuk kultur dibersihkan dengan sabun setelah itu, dibilas dengan air tawar. Air laut bersalinitas 30-32 ppt disaring dengan filter bag dab dikaporit 5-10 ppm, diaerasi kuat dibiarkan kurang lebih 12-24 jam, tes chlor jika masih ada dan dinetralisir dengan natrium thiosulfat sebanyak ≤ 5 ppm.

· Pemupukan dengan pupuk semi massal

· Pembibitan: bibit yang digunakan berasal dari kultur skala laboratorium dengan kepadatan awal kultur kurang lebih 2 juta sel/ml.

· Pemanenan: setelah 5-6 hari dilakukan pemanenan dengan kepadatan mencapai 12-16 juta sel/ml untuk selanjutnya ditransfer ke kultur skala massal.

c. Kultur Massal

Langkah persiapan kultur yang perlu dilakukan adalah:

· Wadah dicuci bersih dan masukkan media air laut

· Sterilisasi air laut dengan diberi kaporit 5 ppm dilakukan pengadukan /pengudaraan selama 24 jam, clorin test digunakan untuk mengetahui kenetralan air

· Untuk bibit yang diperlukan 20% dari volume total, salinitas 28-30 ppt, suhu air 30 0c, ph 8, cahaya yang dibutuhkan 10.000 lux (outdoor)

· Pupuk yang digunakan yaitu 40-50 ppm KNO3, 20-25 ppm Na2HPO4, 10-15 ppm NA2SiO3, 1-5 ppm FeCl3 dan 1-5 ppm EDTA (tergantung kandungan zat organik terlarut di perairan tersebut.

· Pemanenan: dengan cara langsung bersamaan air media kulturnya dengan menggunakan pompa celup dan didistribusikan ke bak larva udang.

B. Biologi Artemia.sp

Artemia.sp adalah jenis udang–udangan tingkat rendah yang diklasifikasikan menurut Penak (1978) dan Dales (1981) dalam Cholik dan Daulay (1985)

Phylum = Arthopoda

Kelas = Crustacea

Ordo = Anostraca

Famili = Artemidae

Genus = Artemia

Spesies = Artemia.sp

Pada perairan bersalinitas tinggi, telur Artemia tidak menetas, tetapi lapisan luar telur bentuk cangkang atau korion yang kemiudian di sebut kista (Cyst). Kista dapat diartikan sebagai telur yang mengalami fase istirahat atau Cryptobiosis

Cangkang kista terbagi dalam 2 lapisan yaitu lapisan korion (bagian luar) dan lapisan kutikula embrionik (bagian dalam), kedua lapisan tersebut dipisahkan oleh selaput kutikula luar dengan ketebalan 0,5 mm yang tersusun 3 lapis selaput. Lapisan korion mempunyai tebal 6-8 mm berfungsi melindungiembrio dari kerusakan mekanis dimana molekul air dan ogsigen mampu menembus lapisan ini. Korion terdiri dua lapisan yaitu periferal di bagian luar dan lapisan alveolar terletak dibawah periferal berfungsi sebagai pengapung karena susunan selnya tidak teratur dan berongga. Lapisan kutikula embrionik mempunyai ketebalan 1,8 – 2,2 mm berfungsi melindungi embrio dan terdapat enzim penetasan, lapisan ini terdiri dua lapis yaitu fibrosa di bagian luar dan selaput kutikula dalam. kista bersifat higroskopis dan dapat menyerap uap dari udara, tenggelam dalam air tawar dan air laut namun terapung dalam larutan garam jenuh.

Menurut Elovaara (2001), menyatakan bahwa untuk peningkatan daya tetas cyste Artemia perlu dilakukan pendekapsulasian

1. Pelaksanaan Kultur Artemia sp

Penetasan cyste Artemia menggunakan tangki berbentuk corong (conicle tank). Penetasan Artemia dilakukan secara langsung dengan merendam cyste Artemia selama 15 menit ke dalam larutan chlorine 15 ppm untuk membunuh bakteri dan jamur, kemudian dibilas dengan air tawar sampai bau dan rasa larutan klorin hilang. Conicle tank diisi air laut dan beraerasi kuat, kemudian masukkan cyste Artemia dengan kepadatan 2-5 gram /liter. Salinitas yang digunakan 15-35 ppt, suhu 25-28 0C untuk menghasilkan efisiensi penetasan yang tinggi. Waktu yang dibutuhkan untuk menetas sekitar 24-36 jam.

III. HASIL MAGANG

A. Pelaksanaan Magang

1. Waktu dan Tempat

Kegiatan magang industri Budidaya Pakan Alami bersamaan dengan kegiatan Pembenihan Udang Vaname yang dilaksanakan dari tanggal 1 Maret s/d 5 Juli 2007. Kegiatan magang industri “Budidaya Pakan Alami” dilaksanakan di Laboratorium Pakan Alami dan Brostock Center milik Balai Budidaya Air Payau Situbondo, Tempatnya di Dusun Pecaron, Desa Klatakan, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo. Jawa timur

2. Pengumpulan Data

a. Metode survai

Metode survai dilakukan melalui pengamatan dan kegiatan langsung di lapangan serta mewawancarai pembimbing dan pelaksana teknis di lapangan.

b. Metode praktik

Metode kerja dilakukan dengan cara mengikuti langsung tahap kegiatan dalam membudidayakan pakan alami, mulai dari kultur murni (carboy/toples) sampai kultur massal.

3. Kegiatan Magang

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama melaksanakan magang Budidaya Pakan Alami yaitu:

a. Kultur Chaetoceros sp

Metode kultur pakan alami Chaetoceros sp dilakukan secara bertingkat, yaitu kultur indoor dan outdoor.

1) Kultur indoor terdiri dari:

· Kultur tes tube

· Kultur erlenmeyer 250 ml

· Kultur Erlenmeyer 500 ml

· Kultur botol 1000 ml

· Kultur carboy /toples 10 liter

2) Kultur outdoor terdiri dari:

· Kultur dalam aquarium 100 liter

· Kultur dalam bak fiber glass 1 ton

· Kultur massal

b. Kultur Artemia secara dekapsulasi

B. Pembahasan

1. Strategi Pelaksanaan Kultur Chaetoceros sp

a. Kultur dalam ruangan (indoor)

Pencegahan kontaminasi di mulai pada tahapan kultur murni test tube dan erlenmeyer karena hasil kultur ini yang akan menentukan baik tidaknya kualitas stater yang akan digunakan pada tahapan kultur selanjutnya (masal). Pada tahap kultur dalam ruangan (indoor), penulis memulai praktek dari kultur carboy 10 liter.

Ø Kultur carboy 10 liter

Media yang di gunakan pada kultur ini sama dengan media kultur dalam 1 liter, proses kulturnya sebagai berikut:

· Bilas toples terlebih dahulu dengan larutan kaporit dan air tawar kemudian di isi air laut.

· Sterilisasi dengan chlorin ≥ 10 ppm dan dibiarkan selama 1 hari

· Setelah itu, dinetralkan dengan thiosulfat ≤ 5 ppm sampai netral

· Pemberian pupuk diatom (PA) (Lampiran), 10 ml silikat dan vitamin masing-masing 5 ml kemudian diaerasi

· Pemberian stater 1:7 dari wadah 1 liter

· Pertahankan pada suhu 25 0C, pada lampu TL 40 watt sebanyak 2 buah.

· Inkubasi 5-7 hari.

b. Kultur diluar ruangan (outdoor/intermediet)

Kultur outdoor merupakan kelanjutan dari kultur indoor dimana kultur outdoor memiliki skala yang lebih besar di bandingkan kultur indoor.

Kultur outdoor meliputi kultur dalam aquarium, bak fiber glass 1 ton dan bak antara 4-30 ton atau kultur masal.

Ø Kultur dalam aquarium 100 liter

Sebelum aquarium di gunakan terlebih dahulu dicuci dengan detergen, lalu dibilas dengan air tawar hingga bersih dan dikeringkan. Adapun tahap kulturnya sebagai berikut:

· Aquarium di isi dengan air laut yang disaring dengan filter bag

· Sterilisasi dengan chlorinasi ≥ 10 ppm dan dibiarkan selama 1 hari

· Setelah itu di netralkan dengan ≤ 5 ppm thiosulfat. Test chlorin untuk mengetahui apakah air sudah netral atau belum. Jika air berwarna bening berarti sudah netral tetapi jika air masih berwarna kuning berarti belum netral dan dosis thiosulfat harus di tambah

· Pemberian pupuk diatom (TG) 100 ml (Lampiran), silikat dan vitamin masing-masing 50 ml kemudian di aerasi.

· Stater yang berasal dari wadah toples 10 liter dimasukkan kedalam wadah aquarium.

· Inkubasi 5 – 7 hari.

Gambar 1. pupuk diatom

Ø Kultur dalam bak fiber glass 1 ton

Sebelum bak di gunakan terlebih dahulu di cuci dengan detergen kemudian di gosok menggunakan spon, setelah itu di bilas dengan air tawar hingga bersih. Adapun tahapan kulturnya sebagai berikut:

· Bak di isi dengan air laut yang di saring menggunakan filter bag

· Sterilisasi dengan chlorinasi ≥ 10 ppm dan dibiarkan selama 1 hari

· Setelah itu, dinetralkan dengan thiosulfat ≤ 5 ppm sampai tidak mengandung klorin (netral)

· Pemberian pupuk diatom (TG) 1 liter silikat dan vitamin masing-masing 50 ml kemudian diaerasi

· Stater yang berasal dari aquarium dimasukkan kedalam bak fiber glass menggunakan selang siphon 3 inchi.

· Inkubasi 4-6 hari.

Ø Kultur skala massal (dalam bak 5 ton)

Penyiapan wadah sama dengan kultur di bak fiber glass. Adapun cara kultur skala masal sebagai berikut:

· Bak di isi dengan air laut yang di saring menggunakan filter bag

· Air di treatment menggunakan kaporit ≥ 10 ppm dan di aerasi ± 15 menit, kemudian dibiarkan selama 1 hari. Air dinetalkan menggunakan thiosulfat ≤ 5 ppm sampai tidak mengandung klorin (netral)

· Stater yang berasal dari bak fiber glass 1 ton di transfer ke bak 5 ton dengan menggunakan pompa celup

· Di beri pupuk diatom TG massal, kemudian inkubasi selama 4-6 hari.

Gambar 2. pompa celup

2. Strategi Pelaksanaan Kultur Artemia sp

Kultur Artemia tidak lepas dari proses dekapsulasi yaitu untuk menipiskan lapisan luar cangkang tanpa mempengaruhi embrio hidupnya. Proses dekapsulasi sebagai berikut:

· Cyste Artemia di tampung dalam ember dan diberi air tawar secukupnya.

· Cyste di saring dan dibilas dengan air tawar, kemudian masukkan dalam ember dan tungkan larutan klorin sedikit demi sedikit sambil di aduk. Jaga suhu di bawah 40 0C.

· Saring dan dibilas dengan air tawar sampai bersih.

· Ulangi sampai terjadi perubahan warna cyste dari coklat menjadi orange.

· Setelah terjadi perubahan warna, segera di saring dan di bilas dengan air tawar sampai bersih dan tidak bau klorin.

· Proses cyste tersebut sampai kering dan masukkan ke kantong plastik untuk disimpan pada suhu dingin selama maksimal 1 minggu.






DSC01915
DSC01918


(a) (b)






DSC01917


DSC01921


(c) (d)

Gambar 3. Proses dekapsulasi (a) Pembilasan Artemia dengan air tawar, (b) Pengadukan Artemia, (c) Perubahan warna cyste dari coklat menjadi orange, (d) Artemia yang dimasukkan ke dalam kantong plastik

Gambar 4. Penetasan Artemia

Untuk mengkultur Artemia masukkan cyste dalam wadah penetasan yang diberi air laut, kemudian diaerasi kencang. Penetasan cyste yang di dekapsulais memerlukan waktu antara 18 – 30 jam. Panen di mulai dengan menghentikan aerasi dan di angkat kemudian di diamkan beberapa saat agar cyste Artemia yang belum menetas mengendap ke dasar wadah. Kemudian Artemia di sipon menggunakan selang berukuran setengah inchi dan di tampung pada saringan 100 mikron, selanjutnya dilakukan pembagian Artemia. Artemia siap diberikan pada post larva (PL), sedangkan sisa atau endapan telur Artemia yang belum menetas di tampung pada wadah tertentu untuk dilakukan penetasan kembali.

IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pakan alami yang diberikan selama masa pemeliharaan larva udang vaname terdiri dari jenis yaitu phytoplankton dan zooplankton (Artemia). Jenis phytoplanton yang digunakan adalah Chaetoceros sp.

3. Tahap kultur alga yang dilakukan BBAP Situbondo meliputi: Kultur test tube, Kultur erlenmeyer 250 ml dan 500 ml, Kultur botol 1000 ml, Kultur carboy /toples 10 liter, Kultur dalam aquarium 100 liter, Kultur dalam bak fiber glass 1 ton dan Kultur masal

4. Penetasan Artemia dilakukan dengan perlakuan dekapsulasi dimaksudkan untuk menipiskan lapisan luar cangkang tanpa mempemgaruhi embriyo hidupnya.

B. Saran

1. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan menggunakan jenis pakan alami yang lain seperti skeletonema sp, karena chaetoceros sp bisa berakibat kematian pada lerva udang vaname dan juga dari jenis artemia sp mengingat harga dari cyste artemia yang cukup mahal.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 2002. Budidaya Vaname. SHS Aquatic Marketing Service. PT Surya Hidup Satwa

Cahyaningsih, 2005. Live Feed Production (Phytoplankton) Culture of Algae Pure and Mass Culture, Paper for Naca Training 2005

Isnansetyo, Alim dan Kurniastuty, 1995. Teknik Kultur Phytoplankton Zooplankton. Pakan Alami untuk Pembenihan Organisme Laut. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Lampiran …

Komposisi pupuk diatom untuk skala laboratorium (PA)

- KNO3 : 75 ppm

- Na2 EDTA : 4,35 ppm

- NaH2PO4.2H2O : 5 ppm

- FeCl3.6H2O : 3,15 ppm

Vitamin

- B1 : 0,1 mg

- B12 : 0,05 mg

Dilarutkan dalam aquades 100 ml

Pupuk diatom untuk skala intermediet (TG)

- KNO3 : 50 – 100 ppm

- NaH2PO4 : 10 – 15 ppm

- EDTA : 10 ppm

- FeCl3 : 1 – 2 ppm

Silikat : 30 ppm

Pupuk skala masal

- KNO3 : 60 ppm

- NaH2PO4 : 15 ppm

- FeCl3 : 19 ppm

- Silikat : 60 ppm

Tidak ada komentar: